Jumat, 24 Oktober 2008

PANEN PADI MENINGKAT 42 % DENGAN SUPERFARM SI BALI

Blahkiuh, Badung, Bali, 17 Oktober 2008

Pertanian organik saat ini menjadi suatu alternatif mengatasi permasalahan industri pertanian saat ini. Dengan pengembalian bahan organik dapat mengembalikan kesuburan tanah, peningkatan produktifitas pertanian dan menurunkan biaya produksi. Sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian petani.

Pada kegiatan Evaluasi Usaha Tani Padi yang dilakukan di Subak Blahkiuh, Abiansemal, Kabupaten Badung, salah satu area sawah yang diperhitungkan produktifitasnya menggunakan teknologi pertanian organik Superfarm yaitu penerapan pertanian meliputi upaya pengembalian kesuburan tanah dengan menggunakan teknologi decomposer, pemenuhan nutrisi tanaman baik unsur makro maupun mikro serta pengendalian hama terpadu organik. Dengan aplikasi teknologi ini, mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi industri pertanian, seperti kelangkaan dan kemahalan pupuk saat ini. Hal ini dikemukakan oleh Satria Khresna Wardhana, Direktur PT. Greenland Niaga Indonesia.

Hasil perhitungan produktifitas yang dicapai sebesar 11.3 Ton per hektar varietas Ciherang, sedang hasil perolehan dengan pola tanam konvensional rata rata sebesar 7.6 Ton atau meningkat sebesar 42%. Disampaikan oleh I Nyoman Mudra petani yang mengelola lahan tersebut bahwa hasil panen kali ini sangat luar biasa, hasil yang diperoleh optimal apalagi biaya yang dikeluarkan lebih rendah 20% dari dibanding sebelum menggunakan teknologi ini, karena hanya menggunakan 50% pupuk kimia. Pada lahan lain miliknya yang sudah dipanen dan menggunakan teknologi ini hasil rendemen dari gabah kering giling menjadi padi adalah sebesar 70%.

Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Badung, I Gusti Made Agung, sangat mendukung dengan diaplikasikannya pola pertanian organik diwilayahnya. Terutama pada masa saat ini kesulitan dan kemahalan pupuk kimia yang memberatkan petani. Dan diharapkan teknologi pertanian organik Superfarm dapat mengatasi kendala pertanian saat ini. Terutama dalam upaya mengembalikan kesuburan dan unsur hara tanah, sangat dianjurkan untuk memanfaatkan jerami untuk dijadikan pupuk organik, apalagi bila teknologi yang digunakan saat ini dapat melakukan dekomposisi hanya 5 hari. Selain itu dasampaikan bahwa Pemkab Badung sangat mendukung usaha pertanian dan intensifikasi pertanian pada Subak subak yang dibina secara intensif oleh Dinas.

Pada acara Evaluasi Usaha Tani Padi propinsi ini disampaikan oleh Ketua Tim Ir. Sadi Rosady menyampaikan bahwa teknologi merupakan aspek penting dalam intensifikasi pertanian dalam meningkatkan produktifitas. Hasil yang diperoleh secara rata rata dari sampling ubinan yang dilakukan penilaiannya di Subak Blahkiuh mencapai sebesaar 9.31 ton gabah kering giling (GKG). Peningkatan ini sudah jauh diatas rata rata hasil panen di bali. Hal ini juga merupakan hasil nyata pola intensifikasi pertanian telah berjalan baik di Kab Badung, dukungan dan peran para penyuluh, dan organisasi subak. Berkenaan teknologi yang diaplikasikan saat ini selama member manfaat nyata pada petani dapat digunakan guna meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan para sahabat petani. Selain itu, teknologi ini sangat ramah lingkungan dengan pola memperbaiki ekosistem tanah dan mempercepat pengembalian kesuburan tanah.

Berita : http://www.bisnisbali.com/2008/10/18/news/agrohobi/fg.html

Kamis, 23 Oktober 2008

PANEN KEDELAI MENINGKAT 40% DENGAN SUPERFARM

Bantul, 11 Oktober 2008

Pertanian organik saat ini menjadi suatu alternatif mengatasi permasalahan industri pertanian saat ini. Dengan pengembalian bahan organik dapat mengembalikan kesuburan tanah, peningkatan produktifitas pertanian dan menurunkan biaya produksi. Sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian petani.

Pada Kelompok Tani SRI REZEKI, di Dusun Bargan, Mulyodadi, Bantul, Yogyakarta selaku juara lomba intesifikasi kedelai tingkat propinsi DIY, kembali membuktikan produktifitas yang memuaskan dalam pelaksanaan panen raya kedelai varietas Baluran kali ini. Dengan teknologi pertanian organik superfarm, yang diaplikasikan pada lahan seluas 10 hektar ini terjadi peningkatan produktifitas yang sangat tinggi. Dari kebiasaan petani dengan metode konvensional hasil panen kedelai rata rata diperoleh adalah sebesar 1,4 ton per hektar, dan saat ini dengan teknologi pertanian organik yang diaplikasikan menghasilkan 1,97 ton per hektar, atau terjadi peningkatan mencapai 40% dengan penurunan biaya pemupukan mencapai 20%, demikian disampaikan Bapak Wagiyo selaku ketua kelompok tani.

Disampaikan oleh Satria Khresna Wardhana selaku , Direktur PT. Greenland Niaga Indonesia bahwa teknologi pertanian organik Superfarm yang digunakan pada lahan panen raya ini adalah penerapan teknologi organik Superfarm secara menyeluruh meliputi upaya pengembalian kesuburan tanah dengan menggunakan teknologi decomposer, pemenuhan nutrisi tanaman baik unsur makro maupun mikro serta pengendalian hama terpadu organik. Dengan aplikasi teknologi ini, mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi industri pertanian saat ini seperti kelangkaan dan kemahalan pupuk saat ini.

Pada acara panen raya ini Wakil Bupati Bantul Dsr. Sumarno, PRS, menyampaikan bahwa peningkatan produktifitas pertanian seperti saat ini menunjang sekali program pertanian Kabupaten Bantul, yaitu Meningkatkan hasil produksi pertanian, menekan biaya produksi dan perlindungan harga pasca panen. Sehingga kesejahteraan dan kemandirian pertanian terwujud.
Kepala Dinas pertanian Propinsi DIY, Ir. Nanang Suwandi, MMA menyampaikan bahwa saat ini kebutuhan akan benih kedelai sangat besar. Dengan lahan pengembangan kedelai seluas 30.000 hektar, berarti diperlukan benih kedelai hingga 1.200 ton. Dan hal tersebut merupakan suatu potensi pasar yang besar bagi para petani penangkar kedelai. Dengan hasil panen kali ini diharapkan akan terus terjadi peningkatan di dusun Bergan, Mulyodadi sehingga mampu untuk secara bertahap memenuhi kebutuhan benih kedelai di masa mendatang.

Pada acara kali ini juga dihadiri dan disaksikan oleh Kadipertahut kabupaten Bantul, Eddy Suharyanta, MM., gabungan kelompok tani dan para petani sekitar.

http://koranjogja.com/web/index.php?option=com_content&view=article&id=3097:petani-bantul-panen-kedelai-bibit&catid=99:bantul&Itemid=356

http://www.bantulkab.go.id/berita/307.html