Penatih, Denpasar Timur, 25 Peburari 2011
Perubahan iklim atau anomalI cuaca yang ekstrem pada saat ini sangat terasa mempengaruhi produktifitas pertanian khususnya padi. Seperti terjadi di Subak Umalayu, Desa Penatih, Denpasar Timur, lahan hamparan padi terganggu perubahan iklim dengan cuaca dan curah hujan serta diikuti oleh gangguan hama penyakit. Pada lahan Subak seluas 27 hektar, sekitar 70 % atau lahan seluas 18 hektar terkena dampaknya dengan penurunan produksi yang saat ini rata rata mencapai 3 sampai 5 ton per hektar.
Namun ditemukan bahwa sejak dikembangkannya wilayah pertanian organik melalui program “DENPASAR ORGANIC FARMING, DENPASAR GO GREEN”, dengan penerapan teknologi organik produktifitas pertanian masih tetap dapat dipertahankan. Lahan lahan pengembangan pertanian organik cenderung memiliki daya tahan lebih kuat dan hasil lebih baik dari pada pola budi daya konvensional.
Pada acara panen yang bertema DENPASAR ORGANIC FARMING, DENPASAR GO GREEN yang dilakukan oleh Walikota Denpasar I.B Rai Dharmawijaya Mantra, hasil penerapan teknologi organik tetap dapat mempertahankan produktifitas hasil panen padi. Pada perhitungan hasil panen, hasil penerapan teknologi organik Superfarm menghasilkan 6.56 Ton per hektar GKP, sedang kontrol menghasilkan 5.28 ton per hektar GKP atau hasil panen hasil panen lebih tinggi sebesar 1.37 ton per hektar atau 25.9% diatas rata rata aplikasi konvensional.
Tidak dipungkiri bahwa saat banyak permasalahan dalam industri pertanian, antara lain kondisi iklim ekstrem atau lebih dikenal anomali iklim yang terjadi saat ini, kondisi lahan pertanian / sawah yang telah tergerus unsur hara dan mikronya, kesuburan tanah yang menurun dan juga berkurangnya lahan pertanian. Maka diperlukan upaya peningkatan produktifitas pertanian dengan pola intensifikasi, mekanisasi dan penerapan teknologi dalam bidang pertanian. Disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar, Gede Ambara Putra, bahwa saat ini telah menerapkan 5 (lima) GERAKAN / AKSI NYATA dalam program “DENPASAR ORGANIC FARMING, DENPASAR GO GREEN” yaitu:
- GERAKAN TIDAK MEMBAKAR JERAMI
- GERAKAN OLAH SAMPAH ORGANIK
- GERAKAN KURANGI / EFISIEN PUPUK KIMIA
- GERAKAN BIJAK PESTISIDA
- GERAKAN PRODUK PERTANIAN SEHAT
Yang merupakan program untuk meningkatkan produktifitas pertanian dengan memperhatikan keseimbangan ekosistem dan kelestarian lingkungan dalam jangka panjang. Hal tersebut didasari oleh kesadaran akan pentingnya pengembalian dan perbaikan lahan pertanian yang cenderung sudah menurun kualitasnya dan juga tindakan mengantisipasi ketergantungan pada produk sintetis di lahan pertanian. Pada saat ini telah dikembangkan pertanian dengan teknologi organik Superfarm pada lahan seluas 250 hektar, melalui “Gerakan Tidak Membakar Jerami”. Gerakan ini merupakan aksi nyata untuk pengembalian kesuburan tanah, memperbaiki ekosistem dan upaya pengayakan unsur makro dan mikro di lahan pertanian.
Satria Khresna Wardhana dari PT. Balitani Agro Persada (Greenland Group) yang memperkenalkan teknologi SUPERFARM menyampaikan bahwa penerapan teknologi organik yang dilakukan dengan melakukan 3 filosofi pertanian yaitu:
1. Pengembalian kesuburan tanah dengan menggunakan Decomposer, yaitu teknologi pendekomposisian jerami secara langsung di lahan dalam periode 12 hari sehingga termanfaatkannya jerami sebagai pupuk organik
2. Pemberian Nutrisi / Pemupukan secara tepat, yaitu penerapan Pupuk Cair Semi Organik yang diperkaya kandungan makro dan mikro, sehingga pemenuhan keperluan nutrisi tanaman terpenuhi dan menjadikan proses pembuahan optimal.
3. Pengendalian hama organik secara terpadu, yaitu metode pengendalian dan juga berlaku sebagai pestisida nabati yang ramah lingkungan dan tidak merusak ekosistem.
Dengan penerapan hal tersebut diatas, dapat mempertahankan dan meningkatkan produktifitas pertanian dengan ramah lingkungan, memelihara dan menjaga ekosistem dan lahan pertanian dalam jangka panjang.
Kegiatan panen padi saat ini merupakan rangkaian HUT kota Denpasar ke 19, diikuti oleh perlombaan Lelakut yaitu lomba penghalau burung yang diikuti seluruh subak subak di Denpasar dan launching pengembangan jamur yang bertempat di Br. Bon Biu Peguyangan Kaja.